Akademik Culture & Education

From Green Diplomacy to Green Economy, Sebuah Inisiatif Hijau Bumi

Written by Saomi Rizqiyanto

Ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Majene khususnya terkait dengan lingkungan hidup. Mulai dari akses air bersih, manajemen sampah perkotaan, emisi pembakaran, hingga penghijauan lingkungan. Minimnya kesadaran penanganan lingkungan hidup baik di tingkat pengambil kebijakan hingga tingkat warga membuat kota Majene terasa panas. Perlu inisiatif hijau untuk meminimalisir dampak pemanasan global di Kabupaten Majene.

Its Always Sunny in Philadelphia begitu judul serial hit rekaan Rob McElhenney, jika diganti dengan kontreks lokal maka menjadi Its Always Sunny in Majene. Terma yang sangat sesuai untuk menggambarkan kondisi cuaca dan lingkungan hidup di Kabupaten Majene. Its Always Sunny yang dalam bahasa Indonesia nya berarti Selalu Panas, Majene adalah kabupaten yang selalu panas. Teriknya rerata 28 derajat celcius bahkan pernah mencapai 31. Itu belum seberapa jika ditambah dengan panas angin laut karena Majene terletak persis di pesisir teluk Makassar. Belum lagi warganya yang tidak memiliki akses pengelolaan sampah dan limbah perkebunan, membuat pembakaran sampah dimana-mana dan berakibat pada kualitas udara yang memburuk.

Dinamika cuaca dan lingkungan inilah yang seharusnya menjadi diskursus baik ditingkat pemerintah selaku pengambil kebijakan, akademia selaku pengkaji masalah dan solusi, serta masyarakat sebagai pelaku akhir dari proses kepedulian lingkungan. Universitas Sulawesi Barat selaku entitas lembaga negara yang berfokus pada layanan pendidikan tinggi dituntut untuk bisa memberikan kontribusi dalam mengurai masalah lingkungan hidup. Baik melalui alokasi program maupun inisiatif para sivitas akademiknya.

Atas latar belakang dan peluang inilah yang mendasari kelompok dosen pengabdian masyarakat Program Studi Ilmu Hubungan Internasional melakukan inisiatif berupa membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup yang lebih sustainable. Pengelolaan limbah perkebunan kelapa menjadi fokus kerja dari pengabdian sivitas akademik kepada masyarakat.

Kelompok dosen yang terdiri dari Saomi Rizqiyanto, Muhammad Sajidin, Abdul Hafid Tahir, Andi Ismira dan Sriwiyata Ismail ini mencoba menyadarkan masyarakat Simbang, Pamboang, yang mayoritas bekerja pada sektor perkebunan kelapa untuk mengelola  limbahnya menjadi lebih ramah lingkungan dan bernilai ekonomi.

Kelapa sebagai sebuah komoditas memiliki banyak potensi produk turunan bernilai ekonomi tinggi. Selain buah kelapanya yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, airnya yang bisa menjadi produk kesehatan, batok kelapa yang bisa menjadi kerajinan, kelapa juga bisa menghasilkan coconut oil yang sangat mahal, bisa menghasilkan bricket berkualitas tinggi (ini dikecualikan karena mencemari lingkungan), limbahnya bisa menghasilkan fiber untuk bahan sofa, tempat tidur bahkan media tanam. Hal inilah yang dicoba untuk disadarkan kepada masyarakat.

Limbah kelapa yang sedianya hanya dibakar dan mencemari udara, ternyata menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa. Kelompok Dosen juga menghadirkan praktisi yang kebetulan adalah mahasiswi Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Adelia, yang juga pemilik PT Litani Abadi Nusantara, sebuah usaha yang bergerak dalam pembuatan coco fiber. Dalam pemaparannya disebut, potensi coco fiber sangat diminati di negara timur tengah karena daya tahan produk ini dibandingkan dengan busa.

Potensi kelapa menjadi komoditas unggulan inilah yang sekarang sedang menjadi perhatian para pemangku kebijakan di dunia khususnya dalam menangani krisis lingkungan hidup. Banyak negara maupun organisasi internasional mencoba untuk melakukan green diplomacy kepada negara-negara dunia ketiga berupa investasi pada green economy, mencoba mengubah perilaku industrialisasi menjadi lebih hijau, lebih bertanggung jawab pada lingkungan hidup.

About the author

Saomi Rizqiyanto

Leave a Comment