Love, Marriage, Relationship

Not All That Glitter is a Gold

Written by saumiere

Tidak semua yang terlihat berkilauan itu emas. Apa yang ditampilkan secara mengesankan di WhatsApp atau Instagram terkadang palsu. Ada yang sering menampilkan foto liburan keluarga bahagia ternyata rumah tangganya berantakan, ada yang menampilkan jumlah transferan berpuluh-puluh juta ternyata utangnya menggunung. Ada yang menampilkan rumah mewah dan kendaraan menawan ternyata hasil menipu. We can only see what on the stage, we cant see what behind the curtain.

Persis di pertengahan malam, saudara saya menelpon, mengajak conference call dengan saudara lainnya, saya iyakan. Dalam perbincangan malam itulah tersibak kabar mengiris hati. Rumah tangga saudara saya sedang runyam, dilanda masalah klasik rumah tangga, perzinahan dan perselingkuhan. Sontak penulis bertanya-tanya, lho bukannya kemarin statusnya bahagia, habis jalan-jalan ke pantai. Di seberang sana menjawab, itu palsu, justru itu sedang panas-panasnya untuk memberi kesan baik-baik saja.

Penulis jauh terperanjat kaget ketika tahu jikalau perselingkuhan itu sudah yang keempat kalinya dilakukan oleh saudara penulis. Kabar menyebutkan ada selingkuhannya yang janda, ada yang gadis, bahkan ada juga yang bersuami, telinga ini panas begitu tahu saudara penulis bahkan pernah morotin harta salah satu selingkuhannya. Pola nya selalu sama, selingkuh-ketahuan-selesai, selingkuh lagi, ketahuan-selesai, tapi kali ini polanya lebih rumit karena saudara saya sudah memiliki power, berusaha agar bisa terus dengan cem-cemannya.

Tidak perlu lama untuk mengkonfirmasi kebenaran ini ke istri saudara, ia membenarkan dan membeberkan fakta yang membuat penulis terkejut. Bahwa selama ini saudara penulis tidak pernah memberikan nafkah yang layak untuk istrinya, semua mulai dari pangan, sandang, papan adalah hasil kerja istrinya. Mulai dari pembenahan rumah, kredit mobil, kredit motor dan bahkan biaya kuliah anak, Sebagian besar istri yang membiayai. Lha terus, penulis bertanya, buat apa setiap hari berhasil menjual sekian unit, setiap hari menampilkan jumlah transferan, setiap hari datang orderan, kemana duit itu, masa sama sekali tidak ada marjin keuntungan. Dijawab, kurang tahu tapi yang pasti hutang suaminya juga banyak.

Agar adil penulis juga mengkonfirmasi ke saudara penulis. Dia mengakui perselingkuhan tersebut, tapi tidak mau disalahkan, selingkuh itu terjadi karena istrinya tidak mau memahami dirinya. Istrinya di jelek-jelekkan sedemian rupa bahkan ke keluarga besar, seakan akan, istrinyalah yang mendorong perilaku selingkuh tersebut. Respon penulis, saudara sendiri sepertinya sedang mengalami denial but also playing victim.

Benak penulis kemudian bereaksi cepat, lalu buat apa pencitraan yang selama ini ditampilkan kalau ternyata kehidupannya tidak seindah yang diharapkan. Apakah saudara penulis mengidap desperation, menginginkan persepsi mewah bahagia walaupun sebenarnya tidak. Memang, kadang irl (in real life) tidak seindah url (internet).

About the author

saumiere

Leave a Comment