Catatan Harian Life Feature

What should I do? Apa yang Harus Dilakukan Ketika Terkena Covid 19

Written by saumiere

Jumat itu penulis sudah merasa tidak enak badan, lemas sekali, namun masih bisa mencium minyak telon anak, dan masih bisa merasakan makanan dengan lezat. Sabtu dan minggu saya istirahat di rumah, benar-benar tidak kemana-mana hanya mengantarkan si kecil ke klinik bidan karena jadwalnya imunisasi. Seninnya saya merasa kewalahan karena lemasnya belum juga hilang, tapi saya merasa aneh, saya tidak bisa mencium bau secangkir kopi. Untungnya di klinik kantor disediakan test antigen, saya langsung cek dan qadarullah, saya reaktif. Langsung tanpa diminta, saya tidak pulang ke rumah melainkan ke kamar apartemen, dan melakukan isolasi. Selasa, 8 Juni 2021 saya PCR dan dinyatakan positive Covid 19. What should I do?

Covid 19 adalah penyakit dengan malaise parah, yang bisa menyebabkan penderita dengan komorbid meninggal. Salah satu kolega penulis yang memiliki riwayat penyakit diabetes, meninggal di rumah sakit setelah divonis covid 19. Penulis menduga, dengan malaise nya itu, maka tingkat keparahan diabetesnya juga semakin tinggi. Beberapa kolega penulis dengan riwayat komorbid yang berbeda ketika dibawa ke rumah sakit, semuanya meninggal. Penulis berpendapat, meninggalnya orang-orang ini karena komorbidnya, yang diperparah dengan covid 19.

Penulis benar-benar merasakan malaise yang luar biasa ketika hari senin dilakukan test antigen. Badan saya yang berusia 30-an seperti berasa 60-an, sangat lelah, letih dan lesu. Bahkan untuk mengetik saja, penulis harus mengambil jeda beberapa menit. Malaise ini adalah salah satu gejala yang tidak bisa dinafikan karena memang sangat terasa. Berbeda dengan lemas sakit yang lain. Ada yang berbeda dengan malaise Covid 19. Selain malaise, penulis merasa hidung benar-benar mampet dan anosmia, tidak bisa mencium bau apapun bahkan yang terkuat sekalipun. Mencium bau ketek dan pup sendiri saja tidak terasa. Sementara flu dan batuk itu adalah bawaan penyakit flu sebelumnya karena tiga minggu sebelumnya penulis memang terserang flu biasa, hidung meler. Tapi tidak malaise dan anosmia.

Jadi apa yang seharusnya dilakukan ketika kamu di diagnosis reaktif maupun positive Covid 19. You shouldn’t panic, tenang dan menganggap bahwa ini penyakit yang bisa diobati. Pemikiran inilah yang seharusnya diajarkan oleh para tenaga kesehatan dan dokter-dokter di Indonesia. Yes you got covid, but please remind calm. Im not going to say kalau Covid ini penyakit biasa, saya hanya berprinsip bahwa Covid bisa disembuhkan dengan atau tanpa obat, setelah maupun sebelum vaksinasi. Im not a doctor but tulisan ini berdasarkan real time experience yang terjadi dengan diri sendiri, keluarga dan teman rekan sejawat.

Jadi begitu di diagnosis covid 19, saya bersikap tenang dan menganggap bahwa saya bisa sembuh. Saya melakukan isolasi mandiri di apartemen. Sebagai warga negara yang ikut bertanggung jawab, saya memberi tahu rekan-rekan sejawat yang memang sebelumnya kontak erat. Keluarga yang tinggal dengan penulis semuanya di antigen dan PCR Swab, alhamdulillah, istri, anak, kakak ipar, dan kedua mertua dinyatakan negative. Begitupun dengan kolega saya, semuanya negative atau setidaknya tidak memiliki gejala-gejala covid.

Tinggal di apartemen kan sangat riskan, apalagi lift dipakai oleh banyak orang, ya memang benar, tapi penulis menggunakan jasa catering antar unit sehingga kebutuhan makanan dan supplemen aman. Keluarga juga sangat mensupport dengan membawa berbagai kebutuhan penulis, mulai dari pakaian, bauh-buahan, alat-alat mulai thermal gun, oximeter dan tensimeter. Bahkan supaya tidak bosan, mereka mensupport dengan membawa banyak sayur mentah untuk bisa dimasak sendiri oleh penulis. Alhamdulillah Puji Tuhan, tidak ada masalah yang berarti dengan isolasi mandiri.

Mengenai pengobatan apa saja yang dilakukan ketika terkena Covid, jujur tidak ada yang lebih berarti dibandingkan dengan istirahat. Semua gejala memang diobati seperti flu dan batuk diberikan paracetamol, roche dan nellco beserta multivitamin lain seperti Surbex maupun Becomzet, namun yang benar-benar membantu pemulihan adalan istirahat total selama 14 hari. Dokter kantor juga mensupply dengan Oseltamivir dan Azitromicyn, sebuah antivirus dan antibiotic yang penulis tidak tahu fungsinya untuk apa, karena keduanya adalah obat-obatan keras untuk influenza (based on my research).

Oh iya, penulis memang sempat limbung, mual dan muntah tapi itu semua penulis yakini sebagai efek dari obat-obatan keras seperti Oseltamivir dan Azytromicyn. Dua hari penulis merasakan pusing, mual dan muntah karena obat itu, bukan karena covid 19. Kenapa penulis meyakini itu karena per hari jumat, penulis merasa sangat baik, kondisi fit dan aroma penciuman sudah Kembali normal, namun tubuh sepertinya sudah tidak kuat kalau harus mengkonsumsi obat itu terus menerus, akhirnya limbung. Dua hari penulis merasakan tidak enak badan tapi bukan malaise. Penulis demam tinggi, ruam-ruam merah, dan muntah tiap kali makan. Penulis stop mengkonsumsi obat-obatan itu sehingga senin dan selasa sudah kembali normal.

Penulis melanjutkan isolasi mandiri hingga selasa berikutnya. Dalam masa isolasi seminggu berikutnya itu, penulis memaksimalkan untuk mengkonsumsi banyak buah, buah apapun yang penulis suka, penulis meminta kepada istri untuk membelikan jambu cincallo, jambu biji kristal, dan jambu air citra. Semuanya segar, istri bahkan menambahkan buah anggur, jus jeruk, manisan buah-buahan, pokoknya semua tentang buah.

Beruntung penulis memiliki rekan-ekan kerja yang baik, semuanya mendoakan dengan ikhlas dan bahkan beberapa mengirimi supplemen. Salah satu supplemen yang turut membantu pemulihan adalah Vitacov, minuman prebiotic untuk pemulihan covid. Supplemen ini ternyata direkomendasikan oleh dokter-dokter yang bertugas di Wisma Atlet.

Alhamdulillah setelah dua minggu isolasi mandiri, mengkonsumsi buah-buahan yang segar dan kaya akan vitamin, serta obat dan multivitamin, PCR kedua tanggal 23 Juni, penulis dinyatakan negative Covid 19 dan bisa berkumpul dengan keluarga lagi. Khususnya si kecil.

About the author

saumiere

Leave a Comment