Catatan Harian

Cerita tentang Burung Pemakan Bangkai

Written by Saomi Rizqiyanto

Saya sedang berada di kamar hotel Grand Hyatt ketika tetiba salah seorang kolega mengomentari postingan saya bersama istri di Bundaran HI melalui aplikasi whatsapp, intinya sih dia mengatakan selamat, tapi yang membuat saya penasaran adalah pengakuan dia yang mengatakan bahwa dia dapat informasi mengenai saya dari salah seorang pegawai di kantor. Walaupun dia mengatakan tidak semua orang tahu, tapi saya haqqul yaqin, kalau semua orang tahu.

Sesungguhnya saya sudah bisa menebak begitu saya memposting foto saya dengan istri pasti ada yang memberi komentar, entah itu yang positif atau negatif, tapi pasti ada. Ada yang bilang ‘selamat’, ada yang bilang ‘happy to see your smile again’, ada yang nanya-nanya sekadar pingin tahu. Saya hanya bisa memberi ucapan terima kasih yang begitu besar bagi mereka yang memahami dan memberi dukungan selama saya menjalani proses hidup yang cukup berat. Saya hanya bisa mengatakan kepada yang lain, yang tidak memahami dan bahkan sekadar kepo, untuk menghormati proses pemulihan yang ada dalam diri saya.

Sementara masalah sebenarnya adalah terletak pada bagaimana orang-orang itu membicarakan saya yang mereka sendiripun tidak tahu, hanya mengira-ngira dan mendapatkan distorsi informasi yang tidak benar, dan malah cenderung menyalahkan saya. Seperti yang saya alami selama satu minggu ke belakang, ada kolega yang awalnya memberi selamat dan turut berbahagia dengan pernikahan saya yang kedua walaupun pada akhirnya dia memberi nasihat ini dan itu dan bahkan menyinggung asal muasal kenapa dengan yang dulu bisa berpisah. Saya sih gak masalah dengan nasehat-nasehat itu, tapi yang jadi masalah kenapa sih rumor penyebab itu bisa keluar padahal belum tentu benar.

Astaghfirullahaladzim, sependek ingatan, saya hanya bercerita kepada dua teman dan satu anggota keluarga. Alangkah tega nya teman/anggota keluarga yang saya percayai kemudian membicarakan hasil perbincangan itu kepada semua orang. Apapun dalih yang ingin ia kemukakan, tetap saja membicarakan omongan pribadi kepada khalayak luas adalah perbuatan tercela dan tidak termaafkan. Haraplah dipahami, menjalani proses perceraian itu sangat sakit, alangkah durjana nya, orang-orang yang tega membicarakan kesakitan itu hanya dengan dalih yang dibuat-buat.

Haraplah dipahami, menjalani proses perceraian itu sangat sakit, alangkah durjana nya, orang-orang yang tega membicarakan kesakitan itu hanya dengan dalih yang dibuat-buat.

Saomi Rizqiyanto

Saya jadi teringat salah satu makhluk yang ada di bumi ini, dia adalah burung hering atau sering dikatakan burung pemakan bangkai. Makanan favorit burung hering adalah bangkai dari hewan-hewan yang sudah mati. Nabi pernah bersabda bahwasannya orang yang suka membicarakan aib kawannya sendiri ibarat ia memakan bangkai saudaranya. Maka janganlah menjadi burung pemakan bangkai saudaranya sendiri. Hargai proses hidup seseorang, jangan jadikan ia bahan makanan lezat tatkala waktu senggang.

Saya adalah orang yang percaya bahwa apapun perbuatan kita, baik atau buruk, pada akhirnya akan kembali ke diri kita baik cepat atau lambat, ke diri kita atapun ke darah daging kita. Konon katanya, Burung Hering yang meninggal pun dagingnya akan diperebutkan oleh kawanan sesamanya. Astaghfirullah, semoga diri ini tidak menjadi bagian dari kawanan burung hering yang doyan memakan daging saudaranya sendiri.

About the author

Saomi Rizqiyanto

Leave a Comment