Dalam beberapa perbincangan yang panjang antara saya dan ibu, ada satu cerita yang cukup menyita perhatian saya. Yakni cerita tentang bagaimana Ibu saya bermimpi mengenai cahaya rembulan dan cahaya matahari yang menyinari wajah ibu saya dalam dua malam yang berbeda setelah shalat istikharah maupun shalat hajat. Tadinya saya yang berpikiran ala barat selalu menafikan hal tersebut, tapi setelah beberapa kali membaca kisah-kisah hebat baik itu dalam AlQuran maupun dalam Bible, saya yakin itu pertanda baik.
Salah satu kisah yang berkaitan dengan ibu saya dan mungkin paling memiliki kesamaan nilai adalah kisah nabi Yusuf AS. Dikisahkan baik dalam Alquran maupun dalam Bible, sewaktu masih kecil, Yusuf bermimpi tentang matahari, bulan dan sebelas bintang yang mengelilingi dan sujud kepada Yusuf. Kepada ayahnya, Yusuf bercerita tentang mimpinya, lalu sang ayah, Nabi Yakub, menakwilkan mimpi Yusuf, bahwa dimasa mendatang, Yusuf akan menjadi orang besar dan mendapat tempat yang istimewa. Kepada Yusuf, sang ayah berpesan untuk tidak menceritakan hal ini kepada saudaranya karena akan menimbulkan kecemburuan.
Saya mencoba mensignify arti dari mimpi ibu saya, jikalau di qiyaskan dengan mimpi Nabi Yusuf, bisakah diartikan bahwa ibu saya sejatinya memiliki tempat yang istimewa dihadapan Allah, mengingat bahwa ibu saya adalah ahli ibadah yang tidak pernah lepas shalat malam, beliau juga berilmu walau ia tidak sempat mengecap pendidikan menengah. Interpretasi ini juga datang dari peristiwa yang tidak pernah diduga sebelumnya. Setiap orang tahu bahwa siapa sih ibu saya, beliau hanyalah seorang perempuan biasa, mantan penyandang disabilitas karena efek polio, anak dari seorang ustadz yang selalu dimarginalkan oleh kaumnya, istri dari seorang pengangguran yang tidak sekolah. Dia bukanlah seorang turunan camat atau bupati, bukan pula tokoh wanita yang memimpin arisan ibu ibu pkk atau dharma wanita.
Namun, siapapun ibu saya, ketika desember tahun lalu menggelar hajatan pernikahan adik saya, entah kenapa, pernikahan yang pertama dalam keluarga kecil saya mendadak begitu agung, orang-orang dari berbagai penjuru kampung berbondong-bondong menyaksikan pernikahan adik saya, menonton arak-arakan upacara adat mulai dari rumah hingga ke gedung resepsi. Sungguh saya menyaksikan sendiri hal ini. Apakah hal ini merupakan bukti. Tidak ada yang mampu memastikan hal ini selain dari keyakinan dalam diri saya bahwa, baik mimpi sinar rembulan dan sinar matahari yang menyinari ibu saya maupun persaksian orang-orang dari berbagai penjuru desa dalam pernikahan adik saya adalah pertanda bahwa Tuhan sedang memberikan tempat istimewa untuk ibu saya. Semoga demikian hal itu adalah hal yang benar, biarkan cahaya masuk ke dalam kehidupan kami ya Rabb.
Let there be light!
Saomi Rizqiyanto